Kamis, 16 September 2010

UNDANGAN TALK SHOW: Kompetensi Pustakawan Indonesia

Tumbuh-kembang perpustakaan di Indonesia seharusnya akan mengalami akselerasi dengan diundangkannya Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (UU 43, 2007). Setelah hampir dua tahun diundangkan, apakah terlihat hal itu sudah atau akan belum terjadi? Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada kompetensi pustakawan di Indonesia. Dalam UU 43, 2007, pustakawan diartikan sebagai seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan di bidang kepustakawanan, serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Harus diakui bahwa kompetensi yang diperoleh dari pendidikan hanyalah kompetensi awal (first entry level) bagi seseorang untuk memulai kegiatan profesi kepustakawanan. Kompetensi awal ini idealnya disepakati antara sekolah perpustakaan dan lembaga pengguna produk sekolah itu. Selanjutnya dalam meniti karir, seseorang harus selalu meningkatkan kompetensi awal tersebut seiring dengan meningkatnya tugas dan tanggung jawab yang dimiliki. Upaya peningkatan kompetensi inilah yang dikenal dengan istilah Continuing Professional Development (CPD). Masing masing lembaga tentu memiliki tuntutan tersendiri atas kompetensi yang harus dipenuhi oleh pustakawan dalam meniti karir. Dengan demikian banyak yang perlu dibahas dan disepakati tentang permasalahan kompetensi pustakawan.

Untuk mempertemukan berbagai pandangan tentang kompetensi pekerja informasi, ISIPII (Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia) bekerjasama dengan PDII-LIPI perlu mengawali diskursus tersebut dalam sebuah talk-show.

Dengan ini kami mengundang rekan-rekan praktisi, akademisi, mahasiswa dan pemerhati keperpustakaan Indonesia untuk menghadiri talk-show mengenai “Kompetensi Pustakawan Indonesia” dan Halal Bihalal ISIPII yang akan diselenggarakan pada:

Hari / Tanggal: Rabu, 29 September 2010
Waktu: Pukul 15: 00 – 17:00
Tempat: Gedung PDII LIPI, Jl. Gatot Subroto 10, Jakarta

Narasumber:
• Titiek Kismiyati, Dra., M.Hum (PERPUSNAS-perumus kompetensi perpustakaan Indonesia),
• Hani Qonitah, SIP, MA Rec. (EXXON Mobil, professional/praktisi),
• Agus Rusmana, Drs.,M.A. (Wakil Ketua ISIPII/Akademisi),
• Eka Meifrina Suminarsih, SIP, MM (BPPT/Pustakawan Teladan Tingkat Nasional 2010)

Moderator:
• Utami Haryadi, M.Lib, MPsi. (Akademisi)

Investasi:
• Profesional / Umum : Rp. 50.000,-
• Mahasiswa (menunjukkan kartu mahasiswa) : Rp. 25.000,-


Pendaftaran dan informasi lebih lanjut:
Ade Farida - SMS 0813-10991010 (nama peserta, institusi alamat email)
Email: info.isipii@gmail.com (nama peserta, institusi alamat email)

Salam,
Presiden ISIPII


Harkrisyati Kamil

CATATAN: BAGI PESERTA YANG INGIN MENDAPATKAN SURAT UNDANGAN RESMI UNTUK BISA DATANG KE ACARA INI, SILAHKAN HUBUNGI ISIPII.

Senin, 30 Agustus 2010

ISIPII : Bergiat untuk Ilmu Perpustakaan dan Informasi 2008-2010

Sejak didirikan pada tahun 2006, Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) giat menyelenggarakan berbagai seminar dan diskusi. Tujuannya, apalagi kalau bukan demi pengembangan dan kemajuan ilmu perpustakaan dan informasi. Berbagai pokok permasalahan aktual diperbincangkan - disajikan oleh narasumber, ditanggapi oleh mereka yang hadir, dan diceritakan kembali lewat weblog ini. Harapan ISIPII, pembaca menemukan ide-ide baru 'penuh gizi', memberikan respon positif dan bersama-sama memperkaya khasanah ilmu perpustakaan dan informasi di Indonesia.

Saat ini ,di balik layar, ISIPII tengah mengambil ancang-ancang untuk kembali menyibukkan diri menjalankan misi. Ibarat pelari, sudah bersiap di garis start untuk berpacu. Mengidamkan Indonesia yang menghargai dan memiliki kekuatan informasi, ISIPII berupaya mewujudkannya. Pertama, dengan mengembangkan penelitian di bidangnya untuk mendukung pengembangan wawasan para profesional dan peningkatan kualitas materi di berbagai universitas penyedia program studi ilmu perpustakaan dan informasi di Indonesia. Kemudian, memberikan perlindungan pada anggota organisasi dan masyarakat pengguna jasa perpustakaan dan informasi. Dan pada akhirnya, meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan anggotanya - salah satunya dengan memberikan ruang gerak untuk mengembangkan diri dalam organisasi ini.

ISIPII mendambakan keunggulan kompetitif dari para profesional di bidang keperpustakaan dan informasi. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan perpustakaan dan sumber informasi yang memadai. Juga, penyebaran yang proposional atas tenaga ahli yang cakap di penjuru Indonesia. ISIPII hendak membantu mewujudkan program studi ilmu perpustakaan dan informasi yang berkualitas, sesuai perkembangan zaman dan berdaya saing. ISIPII hendak pula menjembatani tali silaturahmi antar para sarjana, pemerhati dan praktisi untuk menyatukan pikiran dan beraksi bersama demi tercapainya kondisi ideal yang diharapkan.

ISIPII membuka diri bagi para lulusan program studi ilmu perpustakaan dan informasi, praktisi dan pemerhati di bidang ini. ISIPII sejak awal bukan 'milik' alumni dari universitas tertentu, melainkan tempat bernaung dan berbagi pemikiran untuk mereka yang telah bersusah-susah menjalani pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dari berbagai universitas. Tentu dari setiap individu inilah terdapat kesan-kesan, pendapat, kepuasan sekaligus ketidakpuasan terhadap proses yang telah dijalani. Karena itulah, ISIPII mendambakan partisipasi aktif dari para sarjana program studi ilmu perpustakaan dan informasi, praktisi dan pemerhati keperpustakaan Indonesia.

ISIPII, maju terus!

Kilas Balik Kegiatan ISIPII

Sekedar kilas balik, berikut ini adalah kegiatan yang berhasil diselenggarakan oleh ISIPII. Jika Anda, pembaca yang budiman, hendak memberi tanggapan dan kritik membangun, silakan hubungi kami lewat e-mail: info.isipii@gmail.com

2010

Peluncuran dan Bedah Buku dengan judul Pustakawan, Cinta dan Teknologi karya Blasius Sudarsono MLS
Jakarta, 19 Februari 2010, Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional.
Didukung oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional
Berangkat dari kecintaan dan perhatian yang mendalam pada bidang ilmu perpustakaan serta pengalaman praktis, Blasius Sudarsono menelurkan sebuah buku tentang perkembangan keperpustakaan. Tulisannya kali ini dibahas oleh Hanna Lattuputty (APISI/Pustakawan British International School), Librenny (Pustakawan di Library of Congress, kantor perwakilan Jakarta) dan Agus Rusmana (Pengurus ISIPII/Dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan UNPAD)

2009

Library and Information Education @ the Crossroad
Bandung, 16-18 November 2009, Hotel Topas
Diselenggarakan atas kerjasama ISIPII dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI)
Seminar dengan tema Kepustakawanan di Era Dijital dan dilanjutkan dengan Munas ISIPII, parallel dengan Munas FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia). Dalam acara ini juga diadakan diskusi interaktif ISIPII, menghadirkan kontribusi pikiran dan pengamatan beberapa penyelenggara prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi dan praktisi akan keterkinian sekitar kepustakawanan Indonesia. Serta, diskusi dengan tujuan penyusunan cetak biru kepustakawanan Indonesia.

Munas ISIPII
Bandung, 16 November 2009, Hotel Topas
Pengurus memaparkan laporan pertanggungjawaban ISIPII dan secara aklamasi forum menetapkan Harkrisyati Kamil kembali sebagai Presiden ISIPII periode 2009 – 2012.

International Seminar and Workshop
Challenge and Opportunities to Library Management
Universitas Diponegoro, Semarang, 10-11 Agustus 2009
Diselenggarakan atas kerjasama Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, PDII LIPI, dan ISIPII
Seminar internasional yang terdiri dari seminar dan workshop yang bertujuan membangun pemahaman mengenai konsep Library 2.0 dan sistem-sistem informasi lainnya serta memperoleh paradigma baru mengenai sistem perpustakaan yang lebih interaktid dan berorientasi pengguna.

National Seminars on Libraries and Their Roles in Democratic Societies
- Universitas Kristen Petra, Surabaya, 17 Juni 2009
- Auditorium Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 18 Juni 2009
Kerjasama antara Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi, Ikatan Sarjana Perpustakaan dan Informasi Indonesia, Univesitas Indonesia, Universitas Petra, Goethe-Institute, dan Library of Congress Jakarta.
Perpustakaan memiliki peran nyata dalam demokrasi, terutama dalam menyediakan akses informasi dan mendemokratisasi pengetahuan. Jika perpustakaan dianggap penting maka pustakawan harus terlatih, cakap dan memiliki keahlian yang handal dan tentunya mendapatkan pendidikan secara berkelanjutan. Untuk pemajuan kepustakawanan Indonesia, para pustakawan perlu menemukan ”common concern” yang dapat dijadikan isyu mendasar untuk bergerak bersama.

Talkshow Library 2.0
Museum Bank Mandiri, Jakarta Kota, 16 Mei 2009
Diselenggarakan atas kerjasama Forum Indonesia Membaca (FIM), Library@Batavia dan World Book Day
Perkembangan Web 2.0 berimbas pada pengembangan Library 2.0. Perubahan-perubahan yang dirasakan antara lain adalah ekspektasi yang semakin tinggi dari pustakawan dan pengguna Perpustakaan.
Pengelola perpustakaan perlu melakukan penyesuaian dalam mengatur resource yang dimiliki. Caranya, dengan memaksimalkan penggunaan internet dalam pekerjaan dan layanan di Perpustakaan. Acara ini juga membahas mengenai etika dan tanggungjawab profesional sebagai pustakawan di era informasi untuk bisa menjadi orang yang memimpin, mengerti, mengetahui dan mengajarkan kepada orang lain mengenai information literacy.

Seminar Kepustakawanan Indonesia
Ruang Theater, Perpustakan Nasional, Jakarta, 12 Februari 2009
Diselenggarakan atas kerjasama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Ilmu Informasi Indonesia (ISIPII) dan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), dan Asosiasi pemerhati dunia perpustakaan (APISI, FIM, APII, dll)
Seminar ini banyak diisi dengan diskusi mengenai figur kepemimpinan Perpustakaan Nasional serta peran dan posisi strategis yang perlu diperjuangkan oleh praktisi, akademisi dan pemerhati keperpustakaan Indonesia. Dalam acara ini berbagai pertanyaan dan jawaban mengenai pola pikir pemimpin perpustakaan, kondisi berbagai jenis perpustakaan di Indonesia, serta harapan dan ajakan untuk memajukan budaya baca-tulis dan dunia keperpustakaan. Mulai dari regulasi hingga kenyataan sehari-hari, menggelitik peserta dan narasumber untuk menemukan pencerahan bagi dunia keperpustakaan Indonesia.

Peluncuran buku "Perpustakaan Digital - Kesinambungan dan Dinamika"
Museum Mandiri Lt. Dasar - R. Audio Visual 30 Januari 2009
Diselenggarakan atas kerjasama Forum Indonesia Membaca bekerja sama dengan Museum Mandiri, Friends of Mandiri Museum dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII)
Isi buku ini penuh penjelasan tentang seluk beluk dan karakteristik Perpustakaan Digital. Perpustakaan Digital hanya dapat dibangun di sebuah peradaban yang menghargai membaca dan buku sama pentingnya dengan menghargai kemajuan komputer dan Internet. Perpustakaan Digital adalah wujud dari sebuah dinamika yang mengakomodasi kemajuan-kemajuan teknologi. Jika kepustakawanan tak mampu mengadopsi kemajuan teknologi, jangan salahkan masyarakat yang meninggalkan institusi ini teronggok di sudut peradaban.

2008

Diskusi "Kepustawanan Indonesia : Kecerdasan Sosial, Kebebasan Informasi, Tinjauan Akhir Tahun"
Mencetuskan 15 Pokok Perhatian Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia
Komnas HAM, Jakarta, 22 Desember 2008
Tujuan utama acara ini adalah mengetahui perkembangan kepustakawanan Indonesia, mencoba mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kepustakawanan Indonesia, sekaligus menggugah pustakawan berperan aktif sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat madani. Untuk membangun Kepustakawanan Indonesia diperlukan kesungguhan menghadapi 15 pokok perhatian yang terkelompok menjadi empat isyu besar, yaitu: profesionalisme pustakawan; akuntabilitas dan kredibilitas; pendanaan dan standardisasi, serta ; landasan ilmu dan pemanfaatan teknologi informasi.
”Managing Change in Library & Information Science”
Refreshing Course on Library and Information Sciences
Jakarta, 5-7 August 2008
Perkembangan ilmu perpustakaan dan informasi, seiring dengan teknologi informasi pada khususnya menuntut perubahan dalam praktik manajemen perpustakaan dan pusat informasi. Konsekuensinya adalah tuntutan akan pemenuhan kebutuhan informasi dengan tepat dan cepat (the right information for the right person at the right time). Oleh karena itu para pelaku manajemen harus memahami perubahan yang terjadi dan mengubah pola dan pelaksanaan tugasnya seiring dengan perubahan tersebut.

Seminar Sehari Knowlege Management
Aula Tarumanegara Knowledge Center, Universitas Tarumanegara, Jakarta, 15 Juli 2008
Diselenggarakan atas kerjasama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) dengan Tarumanegara Knowledge Centre (TKC)
Acara ini menyoroti berbagai aplikasi konsep knowledge management berdasarkan pengalaman nyata yang dialami para narasumber. Berbagai inovasi dan pengembangan layanan diciptakan untuk tujuan pengelolaan dan penyebaran pengetahuan. Diantaranya, menciptakan academic atmosphere yang menjangkau lebih jauh dari batas-batas konsep konvesional perpustakaan, terutama dalam penciptaan citra perpustakaan yang modern. Ada pula yang dimulai dari keinginan untuk membangun semangat knowledge sharing dan literasi informasi. Dari acara ini dapat disimpulkan bahwa penerapan knowledge management memerlukan perubahan mendasar dalam birokrasi dan masih banyak keahlian dan kreativitas yang masih harus dikuasai oleh mereka yang bergerak dalam bidang perpustakaan karena kebutuhan akan informasi sangatlah tinggi.

Executive Workshops on Digital Library
Perancangan, Pengembangan, dan Pemeliharaan Perpustakaan Dijital di Indonesia
bersama Putu Laxman Pendit, Ph.D
- Universitas Kristen Petra, Surabaya, 21-22 Juli 2008
- Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 28-29 Juli 2008
Workshops ini mengupas aspek-aspek terpenting dalam perancangan (design), pengembangan (development), dan pemeliharaan (maintainance) sebuah Perpustakaan Digital. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio-teknis; memperhatikan baik aspek teknologi maupun aspek sosial-budaya di dalam institusi Perpustakaan Digital.

World Book Day
Literacy Forum : Librarians Gathering and Talk Show "Membaca Orang Kota di Kafe Buku"
Jakarta, 24 April 2008
Diselenggarakan atas kerjasama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia dengan Forum Indonesia Membaca (FIM)

Pustakawan Bicara : Diskusi 'Eksistensi Pustakawan yang Tak Hanya Pustakawan'
Library@Senayan, Jakarta, 5 Maret 2008
Diselenggarakan atas kerjasama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia dengan Library @Senayan

By Eine Ayu Saraswati, HUMAS ISIPII

Kamis, 19 Agustus 2010

PUSTAKAWAN BERPRESTASI TERBAIK TINGKAT NASIONAL 2010

Berita ini kami unduh dari website Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tertanggal 16 Agustus 2010

JAKARTA - Sesuai keputusan Dewan Juri Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2010 berdasarkan pedoman dan kriteria pemilihan yang telah ditetapkan, terpilih Eka Melfrina Suminarsih, dari DKI Jakarta, Terbaik I dengan todal nilai 284,57. Terbaik II diraih oleh Rosa Gitaria, dari Sumatera Selatan, dengan total nilai 277,68. Budi Handari, dari Jawa Tengah mendapat nilai total 265,71 berhak meraih predikat Terbaik III. Murniaty, mendapat predikat Harapan I, dari Sumatera Utara setelah berhasil mengumpulkan nilai 263,13. Komarudin, asal Jawa Timur, mendapat nilai sejumlah 262,32 menjadi Harapan II. Terakhir atau Harapan III, diduduki oleh Zulfitri dari Sumatera Barat dengna nilai 261,52.

Para Pustakawam Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2010 ini hadir dalam pacara Peringatan Kemerdekaan RI ke-65, 17 Agustus 2010 di istana Negara bersama dengan para terbaik dan teladan tingkat nasional lainnya.

Dewan Juri Pemilihan Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2010 diketuai oleh Blasius Sudarsono, Pustakawan Utama PDII-LIPI, dengan anggota terdiri dari Soetjipto, Pustakawan Utama Perpusnas, Harkrsiyati Kamil, Ketua ISIPI, Abdul Rahman Saleh, Staf Pengajar Ilmu Perpustakaan IPB Bogor, Agus Rusmana, Staf Pengajar Ilmu Perpustakaan Unpad, Bandung, Purwono, Staf pengajar Ilmu Perpustakaan UGM, Yogyakarta dan Wartini, Pustakawan Utama, Perpusnas.

Para Pustakawan Terbaik mendapat penghargaan dan hadiah atas prestasinya. Pemilihan ini diikuti oleh seluruh pustakawan terbaik wakil dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, setelah mereka lolos dalam penjurian pada tingkat wilayah masing-masing.

Senin, 09 Agustus 2010

Kenalan Dengan Pengurus Baru ISIPII (2010-2014)

IKATAN SARJANA ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI INDONESIA
PERIODE 2010-2014


Tentang ISIPII
Kami adalah sekelompok warga masyarakat yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi Ilmu Perpustakaan dan Informasi dan terpanggil untuk membentuk sebuah ikatan profesi dan keilmuan guna mencari dan mengembangkan teori, teknik, dan teknologi untuk menyempurnakan akses informasi serta tersalurnya informasi bagi setiap orang dengan cara cepat, tepat dan terjangkau.

Sekilas latar belakang berdirinya ISIPII

• 8 Februari 2006, usai penyelenggaraan seminar “Kebebasan Memperoleh Informasi Publik”, kerjasama British Council, WB, Unesco, Universitas Bina Nusantara dan Universitas Kristen Petra, sejumlah pustakawan dan pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan UNAIR berbincang-bincang tentang kegalauan mereka akan ilmu perpustakaan dan informasi yang dinilai tidak banyak berkembang di antara semakin bertambahnya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan bidang ilmu perpustakaan dan informasi.
• Kelanjutan diskusi informal tersebut adalah diselenggarakannya pertemuan para pengelola program studi ilmu perpustakaan dan informasi (UI,UNPAD,USU, UNDIP,UNAIR,UGM,UNHAS,UNP Padang, UIN Sunan Kalijaga dan UIN Syarief Hidayatullah, IPB, Universitas YARSI dan Universitas Wijaya Kusuma) dan pustakawan praktisi pada tanggal 2-4 Maret 2006 di Hotel Grand Kemang Jakarta.
• Kesepakatan peserta tertuang dalam Deklarasi Kemang yang memuat usulan/ gagasan pembentukan organisasi profesi dan keilmuan dengan nama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) dengan keanggotaan terbatas untuk sarjana ilmu perpustakaan dan informasi.
• Munas pertama diselenggarakan pada tanggal 13 Nopember di Universitas Udayana dan berhasil memilih Presiden pertama ISIPII.

Tujuan dan Fokus Kegiatan ISIPII
Tujuan
(1)Terlibat dalam pengembangan dan kemajuan Ilmu Informasi dan Perpustakaan sebagai ilmu pengetahuan maupun profesi
(2)Memberikan perlindungan kepada anggotanya dan masyarakat pengguna jasa perpustakaan dan (lembaga penyedia) informasi (lainnya).
(3)Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan anggota

Fokus Kegiatan
•Penelitian
•Advokasi
•Continuing Professional Development

PENGURUS IKATAN SARJANA ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI INDONESIA
PERIODE 2010-2014


PEMBINA/PENASEHAT:
1.Prof. Sulistiyo Basuki
2.Blasius Sudarsono, MA (PDII-LIPI)
3.Putu Laksman Pendit
4.Ridwan Siregar (USU)
5.Utami Haryadi(UI)

KETUA UMUM: HARKRISYATI KAMIL
WAKIL KETUA: AGUS RUSMANA (UNPAD)
SEKRETARIS JENDERAL: WIEN MULDIAN (KEMENDIKNAS)
BENDAHARA: LIRA REDATA (KPK)

DEPARTEMEN ORGANISASI, KEANGGOTAAN DAN SDM
1.Labibah, UIN Yogya (Ketua)
2.Ketua-ketua Prodi Ilmu Perpustakaan Indonesia
3.Dina (KPK)

DEPARTEMEN HUMAS, INFORMASI DAN KOMUNIKASI
1.Ade Farida (Ketua)
2.Mudin Em
3.Eine Ayu Saraswati
4.Mujiono

DEPARTEMEN KAJIAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
1.Sri Hartina (Ketua)
2.Yuli Asmini-KOMNAS HAM
3.Aditya Nugraha-PETRA
4.Ida Fadjar Priyanto-UGM
5.Arifah Sismita-PDII LIPI
6.Mbak Ilus - PERPUSNAS

DEPARTEMEN PROGRAM & KERJASAMA
1.Farli Elnumeri (Ketua)
2.Ariyo Faridh
3.Sekar Chamdi
4.Ruhimat (Pelangi)
5.Trisno Suwanto (Ino)

Manfaat menjadi anggota ISIPII?

•Ikut terlibat dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi sebagai landasan bagi pekerja informasi dan sekaligus sebagai kontribusi bagi masyarakat luas
•Mendapat kesempatan berjejaring dengan rekan seprofesi
•Terbantu dalam mengembangkan profesi
•Mendapat akses informasi terkini dalam bidang ilmu informasi dan perpustakaan termasuk jurnal elektronik

Siapa saja yang dapat menjadi anggota ISIPII?
(1) Anggota biasa adalah mereka yang lulus program Ilmu Informasi dan Perpustakaan, pada tingkat sarjana program magister dan doktor atau mereka yang memperoleh gelar setara baik dari dalam maupun luar negeri dalam Ilmu Informasi dan Perpustakaan.
(2) Anggota luar biasa yaitu sarjana dalam bidang lain yang memiliki kepedulian akan perpustakaan, informasi dan dokumentasi.
(3) Anggota kehormatan adalah mereka yang dapat diharapkan membantu perkembangan bidang Ilmu Informasi dan Perpustakaan
Iuran ke anggotaan tahunan : Rp. 300.000,- atau mengirimkan satu tulisan ilmiah sebagai ganti iuran keanggotaan ISIPII.
Untuk memperoleh informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami di info.isipii@gmail.com

Sekretariat ISIPII
PDII LIPI - Jl. Gatot Subroto No. 10 Jakarta
Telp. 021-5733465#209
Fax. 021-5733467 --> UP: ISIPII atau Bapak Blasius Sudarsono
Email: info.isipii@gmail.com
FB: Isipii Pustakawan Indonesia
Flickr: under construction
Twitter: mencari relawan yg bisa update terus
Website: under construction (juga)

Kamis, 05 Agustus 2010

OBROLAN ISIPII: GABUNGAN 30 JUNI dan 4 AGUSTUS 2010

Hii semua...

Mau tau update terbaru ISIPII? Tulisan ini gabungan antara Ngobrol bareng ISIPII tgl 30 Juni 2010 dan 4 Agustus 2010. Mungkin temen-temen ada yg skeptis "emangnya nyambung yak?" tapi tenang aja...secara kita ngobrolnya tetap fokus bagaimana caranya menghidupkan organisasi kita ini, menjadikan organisasi ini organisasi ilmiah (bisa dipertanggung jawabkan segala kegiatannya, tulisannya, pemikirannya, penelitiannya dan menghasilkan produk ilmiah juga. But waiiit...jangan jiper alias takut kl denger kata ilmiah (hehehe awalnya saya juga takut)tp...ilmiah disini adalah...kita punya dasar yg kuat, ada referensi dan bisa dipertanggung jawabkan teori yg kita pakai alias di dunia nyata/fakta/kerjaan memang berlaku teori yg kita pakai dalam meningkatkan kompetensi kita sebagai putakawan. Kalo boleh pinjem istilah si jadi "HIGH QUALITY LIBRARIAN" hehehe bukan jomblo doank yang bisa high quality.


Nah supaya bisa jadi "HIGH QUALITY LIBRARIAN" kita harus buat standar kompetensi dulu...nah saya denger-denger kalo Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sedang membuat draft untuk kompetensi ini. Saya coba mencari tulisan mengenai kompetensi pustakawan, dan saya mendapatkan beberapa:
1. Core Competencies ALA (American Library Association, January 2009
2. Widijanto,Tjahjono. Sentralitas Kompetensi, Aplikasi Teknologi Informasi, dan Strategis Holistik : Upaya Perpustakaan - Pustakawan Meningkatkan Profesionalisme dan Kualitas Layanan di Era Globalisasi. Visi Pustaka, Vol.10 No.3 - Desember 2008.
3. Widiastuti, Ida. Menuju Universitas Berkelas Dunia: Sebuah Peluang dan Tantangan Bagi Kompetensi Pustakawan Indonesia. Kompasiana, 9 Februari 2010.

Masih banyak lagi tulisan-tulisan mengenai kompetensi. Nah sekarang bagaimana ISIPII bisa menjembatani apa yang di harapkan dalam tulisan-tulisan tersebut terdapat dalam setiap atau paling tidak sebagian besar pustakawan yang ada sekarang.

Nah, kemarin selain kami mendapatkan dorongan semangat tercetuslah renca membuat TALKSHOW mengenai KOMPETENSI PUSTAKAWAN INDONESIA...bagaimana cara mencapainya...

Nah bagaimana? tertarik? tidak tertarik? ada saran? ide? ingin membantu? ingin gabung? yuuukkk....open for discussion...dipersilahkan untuk menanggapi...

Atau bisa langsung hubungi kami di

Sekretariat ISIPII
PDII LIPI
Jl. Gatot Subroto No. 10 Jakarta
Telp. 021-5733465#209
Fax. 021-5733467 --> UP: ISIPII atau Bapak Blasius Sudarsono
Email: info.isipii@gmail.com
FB: Isipii Pustakawan Indonesia
Flickr: under construction
Twitter: mencari relawan yg bisa update terus
Website: under construction (juga)


Monggo....

Cheers,
Ade

PS: Oh iya..disini sekalian ingin berterimakasih atas support yang selalu diberikan oleh PDII LIPI (pak Blasius, ibu Sri Hartinah dan mas Hendro Subagyo), temen-temen yang sudah datang dan ikut membuat panas dan seru jalannya diskusi dari S2 JIP UI (mba Ana, mba Loly dan mas Isra), ibu Hani Qonitah-Exxon dan mba Lira-KPK.

Doa kami selalu untuk mba Yati Kamil...semoga segera sehat dan fit kembali...we miss u :-)

Minggu, 27 Juni 2010

OBROLAN ISIPII: Librarianship....(PDII-LIPI, Jum'at 25 Juni 2010)

Pada kesempatan ngumpul Jum'at 25 Juni 2010 di kantor Pak Dar (Blasius Sudarsono)kami membahas sedikit mengenai apa yang harus kita lakukan untuk menghidupkan ISIPII ini sebagai organisasi ke-ilmuan yang mengembangan ilmu dibidang perpustakaan dan informasi, menganggapi isu-su di bidang perpustakaan dan informasi secara ilmiah dan di dukung oleh fakta dan hasil penelitian juga berkarya untuk memajukan ilmu perpustakaan dan informasi itu sendiri.

Nah loh...rada berat kan ya???? Tapi harus ada yang mao mengerjakannya kalau kita (sarjana ilmu perpustakaan dan orang-orang yang bergelut dibidang ini) tidak ingin ketinggalan perkembangan ilmu-nya dari teman-teman di negara lain.

Nah dengan ISIPII ini semoga akan ada banyak sarjana-sarjana ilmu perpustakaan dan informasi atau pustakawan-pustakawan yang perduli dan dengan rela ingin bergabung untuk sama-sama menggerakkan roda ISIPII.

Jadi dari ngobrol-ngobrol itu pak Dar menyimpulkan kalay Librariahsip itu harus punya:
1. Calling alias panggilan jiwa...(walopun awalnya terpaksa, semoga saat sudah menyelami dan mendapatkan income dari ilmu perpustakaan akan timbul "calling" ini heheheh ngarep.com)
2. Spirit of Life...wah kl ini agak perlu penjiwaan yang lebih dalam lagi, tp kl kita sebagai pekerja-pekerja di bidang perpustakaan ada semangat untuk mengembangkan ilmu-nya, hmmm pasti pengembangan ilmu perpustakaan itu bisa terwujud.
3. Services...kl ini memang bagian dari tugas kita sebagai penyedia jasa dibidang informasi lewat dokumentasi-dokumentasi yang ada dlm koleksi kita. Dihampir setiap tempat yang punya dokumentasi/informasi untuk disebarkan memerlukan pustakawan yg handal untuk menjalankan jasa ini.
4. Profesional...wah ini bisa satu tulisan lagi membahasnya...tp saya percaya temen-temen smua sebagian besar tau bagaimana menjadi pustakawan profesional. Tapi kalo ada yang ingin lebih tau...bisa datang dan ngobrol bareng kita di PDII-LIPI, tiap rabu after office hour (sekitar jam 18.30 s/d jam 20.00 WIB)....

Salam,
Ade-ISIPII

ISIPII...Ayooo ....Kerja kerja...mari kita kerja... :-)

Pengurus baru ISIPII sudah terbentuk sejak akhir Februari 2010. Waktu berjalan begitu cepat sampe gak terasa begitu banyak pekerjaan kantor dari para pengurusnya yang benar-benar menyita waktu dan perhatian, walhasil sampe pengurus ngumpul-pun agak susah.

Dibarengi juga dengan jatuh sakitnya sang nahkoda. Ibu Presiden (baca: Mbak Yati) harus istirahat karena sakit, Alhamdulillah sekarang sudah kembali ke ke rumah dan beristiraat di rumah sampe pulih.

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, ada pansehat spriritual ISIPII Pak Blasius Sudarsono yang bersedia menampung kita dalam suatu wadah ngumpul-ngumpul di ruang kantor beliau di PDII LIPI, Jl. Gatot Subroto No.10, Jakarta Selatan.

Dengan restu Mbak Yati, kita buat undangan spontan untuk start ngumpul di ruang Pak Dar, hari jum'at 25 Juni 2010. Alhamdulillah, pada saat itu ada Pak Dar, Ibu Sri, Mbak Sekar dan Ade :-)

Ini permulaan yang bagus untuk menjalankan roda organisasi. sepertinya hari jum'at adalah waktu yang cukup sulit untuk teman-teman datang bergabung. Maka kami mengusulkan tiap hari rabu ada temu pengurus di ruang Pak Dar...nah untuk anggota ISIPII/temen-temen calon anggota ISIPII bia juga bergabung via chat di FB-nya ISIPII atau di Gtalk atau di YM...

Next meeting will be Wednesday, June 30, 2010...Waktunya setelah office hour smp dengan jam 20.00 atau jam 8 malam. Tepatnya, di ruang Pak Blasius, gedung PDII LIPI. Untuk yang bisa datang....datanglah...boleh bawa temen kok :-)

Salam,
Ade-ISIPII

Jumat, 18 Juni 2010

LOMBA PENULISAN ARTIKEL TENTANG KEPUSTAKAWANAN INDONESIA TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN

Keberadaan masyarakat merupakan modal dasar dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan dipengaruhi faktor partisipasi masyarakat. Apabila pemerintah mampu mendayagunakan masyarakat, maka masyarakat menjadi potensi besar yang bermanfaat dalam pembangunan. Sebaliknya, bila potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan, justru akan menjadi beban. Begitu pula dalam pembangunan bidang perpustakaan di Indonesia.

Pembangunan bidang perpustakaan membutuhkan partisipasi masyarakat. Saat ini, bukan lagi saatnya masyarakat hanya diposisikan sebagai objek layanan perpustakaan. Masyarakat juga harus bertindak sebagai aktor yang memiliki peran penting dalam pengembangan perpustakaan. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan perpustakaan dapat diwujudkan dalam bentuk materi, saran yang bersifat konstruktif serta berperan aktif dalam mendirikan perpustakaan desa atau perpustakaan lembaga keagamaan, seperti perpustakaan masjid dan gereja. Kesemuanya itu adalah bentuk pembangunan bidang perpustakaan dengan metode bottom-up yang berbasiskan masyarakat.

Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 43 mengamanatkan perlunya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang perpustakaan. Pasal tersebut menyebutkan bahwa masyarakat berperan serta dalam pembentukan, penyelenggaraan, pengelolaan, pengembangan dan pengawasan perpustakaan. Undang-undang tersebut memberi dasar hukum bagi keterlibatan masyarakat dalam pembangunan perpustakaan di Indonesia.

Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pemerintah yang bertugas membantu Presiden dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan, berupaya mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan perpustakaan di Indonesia. Untuk itu, Perpustakaan Nasional RI menyelenggarakan Lomba Penulisan Artikel tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2010 (LPAKI 2010). LPAKI 2010 bertujuan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam pembangunan perpustakaan di Indonesia. Partisipasi dan kontribusi masyarakat melalui lomba ini dapat berupa ide pengembangan perpustakaan di Indonesia, inovasi baru di bidang perpustakaan, maupun pengalaman atau best practice dalam penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan berbasiskan masyarakat. Kami mengundang seluruh masyarakat untuk berpartisipasi mengikuti lomba ini dan mengirimkan naskahnya sesuai jadwal yang ditetapkan.

II. TEMA LPAKI 2010

Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Perpustakaan sebagai Wahana Pendidikan Sepanjang Hayat.

III. PILIHAN TOPIK

Panitia menyediakan beberapa topik tulisan untuk dikembangan. Topik diberikan sebagai pedoman bagi peserta dalam mengembangkan tulisan dan tidak dimaksudkan sebagai judul tulisan. Berikut topik yang dapat dipilih:
1. Pemanfaatan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk Pengembangan Perpustakaan;
2. Kebutuhan Informasi dalam Menentukan Arah Pengembangan Perpustakaan
3. Pemberdayaan Masyarakat untuk Membangun Perpustakaan

IV. PERSYARATAN PESERTA LPAKI 2010

1. Peserta lomba adalah masyarakat umum;
2. Melampirkan fotokopi KTP/SIM/Kartu Mahasiswa atau identitas lain dan daftar riwayat hidup;

3. Peserta lomba dapat mengirim lebih dari satu artikel dengan judul berbeda;
4. Isi artikel harus relevan dengan tema lomba dan topik penulisan;
5. Artikel harus asli, bukan terjemahan dan belum pernah dipublikasikan di media apa pun serta tidak sedang dilombakan;
6. Bentuk tulisan ilmiah popular, ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar;
7. Artikel ditulis dalam format MS Word sepanjang 8-14 halaman (10.000-15.000 karakter), ukuran kertas A4, spasi 1.5, jenis huruf Times New Roman, ukuran huruf 12, rata kiri (align text to the left);
8. Artikel dikirim melalui email, disertai identitas pribadi (termasuk nomor telepon yang mudah dihubungi), ke alamat:

luthfiati@pnri.go.id dan
cc. lpaki_2010@yahoo.com dan luthfiatimakarim@ymail.com
Subject: Naskah (nama peserta) LPAKI 2010

9. Artikel harus sudah diterima Panitia selambat-lambatnya hari Selasa, 31 Agustus 2010 (tanggal kirim email);
10. Panitia tidak melayani surat-menyurat;
11. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat;
12. Artikel pemenang menjadi milik Perpustakaan Nasional RI;
13. Artikel pemenang akan dimuat di majalah Visi Pustaka serta dimasukkan ke dalam web resmi Perpustakaan Nasional RI www.pnri.go.id;
14. Pemenang lomba akan diumumkan di web pnri www.pnri.go.id pada pekan ke-2 atau ke-3 Oktober 2010;
15. Jika di kemudian hari pemenang diketahui melanggar UU Hak Cipta maka kemenangan peserta akan digugurkan dan peserta wajib mengembalikan hadiah kepada Panitia.

V. KRITERIA PENILAIAN

1. Keaslian ide;
2. Pemahaman terhadap tema dan topik;
3. Kekayaan informasi;
4. Ketepatan menganalisis atau menafsirkan permasalahan;
5. Kekuatan data, fakta dan argumentasi dengan menyebutkan sumber rujukan yang jelas;
6. Bahasa yang digunakan baik dan benar namun tetap komunikatif dan mudah dipahami.

VI. HADIAH PEMENANG

Juara 1: Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) dan piagam penghargaan;
Juara 2: Rp. 4.000.000,- (Empat juta rupiah) dan piagam penghargaan;
Juara 3: Rp. 3.000.000,- (Tiga juta rupiah) dan piagam penghargaan;
Juara Harapan 1: Rp.2.000.000, (Dua juta rupiah) dan piagam penghargaan;
Juara Harapan 2: Rp.1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah) dan piagam penghargaan;
Juara Harapan 3: Rp.1.000.000,- (Satu juta rupiah) dan piagam penghargaan.

Hadiah dipotong pajak yang ditanggung oleh pemenang.

Rabu, 10 Februari 2010

Ada apa dengan Pustakawan, Cinta dan Teknologi?



Mao tau jawabannya...

ISIPII didukung oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional dan mengadakan acara Peluncuran dan Bedah Buku dengan judul Pustakawan, Cinta dan Teknologi, karya Blasius Sudarsono MLS

Hari/Tanggal: Jum'at, 19 Februari 2010, pkl 14.00-16.00
Tempat: Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional. Gd. A. Lt. 1. Jl. Jend. Sudirman Senayan 10270. telp. 5707870, Fax. 5731228

Pembahas:
Hanna Lattuputty (APISI/Pustakawan British International School)
Librenny (Pustakawan di Library of Congress, kator perwakilan Jakarta)
Agus Rusmana (Pengurus ISIPII/Dosen Ilmu Informasi dan Perpustakaan UNPAD)

Harga buku Pustakawan, Cinta dan Teknologi : Rp. 60.000,-
Nomor Rekening: CV SAGUNG SETO, No. Rek. 342.3003975, BCA CABANG MATRAMAN JAKA
RTA

Note: Tidak ada penjualan buku pada acara ini, TETAPI jika teman-teman berminat membeli bisa langsung transfer ke penerbit dan dengan membawa bukti pembayaran, kami akan memberikan buku pada setelah acara selesai.


Berikut Pengantar yang di tulis oleh Agus Rusman, Universitas Padjajaran, Bandung

Ketika saya diminta membuat pengantar dari buku yang berisi kumpulan tulisan hasil karya Blasius Sudarsono (atau terkenal dengan panggilan akrab Mas Dar atau Pak Dar), terbayang di kepala sekumpulan tulisan dengan bahasa yang rumit dan memerlukan waktu untuk mencernanya. Perkenalan saya dengan Pak Dar sejak tahun 1992 membuat saya cukup hafal akan cara dan gayanya saat menyampaikan gagasan, pemikiran atau kritik terhadap dunia perpustakaan dan pustakawan. Menurut saya perkenalan ini cukup untuk dijadikan modal memahami kumpulan tulisan sebanyak dua puluh tujuh karya yang ditulis sejak Februari 2007 sampai Juli 2009 (bahasa sombongnya: tidak banyak yang bisa mengerti cara Pak Dar memandang dunia perpustakaan dan pustakawan). Kumpulan tulisan ini - tanpa meminta ijin pak Dar, hanya berdasarkan hafalan tentang dirinya – saya beri judul ”Pustakawan, Cinta dan Teknologi.”

Ketika sampai pada saya, kumpulan tulisan ini disusun berdasarkan urutan waktu ditulis dan disajikannya dalam seminar, lokakarya, simposium atau diskusi. Namun ternyata karya tulis ini tidak dapat diurut berdasarkan waktu. Maka kemudian saya mengelompokan karya ini berdasarkan topik bahasan, walaupun tidak semua tulisan dapat masuk dalam kategori karena merupakan topik yang unik, seperti karya berjudul Cinta yang saya tempatkan sebagai bagian awal dari kumpulan tulisan karena saya melihat bahwa tulisan ini merupakan ’nyawa’ yang harus merasuk dalam diri pembaca sebelum mulai membaca dan memahami semua gagasan Pak Dar. Kecuali pada karya tentang Pemberdayaan Perpustakaan di Lingkungan MA, seluruh karya saya biarkan apa adanya.
Untuk dapat memahami tulisan karya Blasius Sudarsono, orang harus mengenalnya cukup lama karena tulisan karyanya seringkali merupakan sebuah pandangan yang sangat dalam dan bahkan seringkali juga beyond imagination, pemikiran yang jauh berbicara tetang sebuah fenomena yang belum terpikirkan atau terbayangkan orang pada umumnya pada saat pemikirannya ditulis. Sifat inilah yang seringkali membuat orang menyebutnya ”nyeleneh (di luar kebiasaan)”, bicara hal yang oleh kebanyakan pustakawan dianggap tidak lazim, ditambah lagi kesukaan penulis pada filsafat membuat bahasan yang dibuatnya selalu memiliki pandangan yang mendalam. Salah satu tokoh yang hampir selalu dikutipnya adalah filsuf Indonesia yaitu Driyarkara. Ada baiknya kita sama-sama membaca pemikiran filsuf ini untuk dapat lebih memahami jalan pikiran ’tidak lazim’ dari penulis ini.

Ketidak laziman pandangan penulis terlihat pada tulisan pertama tentang Mengapa Kita Berhimpun yang mempertanyakan: ”mengapa setelah 60 tahun perpustakaan tidak berkembang?”, ”Mengapa ilmu perpustakaan tidak berkembang?” Tentu saja pertanyaan ini akan dianggap tidak lazim oleh banyak orang, terutama para pengelola perpustakaan yang mengukur kemajuan perpustakaan dari koleksi dan teknologi yang dimiliki. Padahal yang dimaksud oleh penulis adalah bahwa perpustakaan harus sudah berperan lebih dari sekedar menyediakan jasa peminjaman koleksi dengan bantuan teknologi. Perpustakaan di Indonesia idealnya sudah harus sampai pada peran sebagai pusat himpunan pengetahuan yang ada di masyarakat dan menjadi pusat berhimpunnya anggota komunitas di mana mereka kemudian berdiskusi, bertukar pikiran, memecahkan masalah dan menemukan gagasan baru. Pada saat itu perpustakaan dengan teknologi dan koleksinya, menyediakan semua kebutuhan referensi untuk diskusi tersebut dan merekam hasil diskusinya untuk menjadi pengetahuan baru. (Ini adalah gagasan mutakhir penulis yang hanya sempat diobrolkan, sehingga tidak ada dalam tulisan). Berdasarkan penilaian inilah penulis mengusulkan agar praktisi perpustakaan, penyelenggara pendidikan perpustakaan dan perkumpulan profesional perpustakaan (IPI dan ISIPII) berhimpun untuk mencapai sebuah kesepakatan memajukan perpustakaan beyond koleksi dan teknologi.

Kebiasaan penulis bertanya (atau seringkali ditanggapi sebagai kritik dan usilan) memang seringkali aneh karena pertanyaan ini diajukan pada gagasannya sendiri seperti yang bisa dibaca pada tulisan berjudul Mengapa Harus Beragam. Penulis adalah salah satu penggagas dari terbentuknya APISI, namun kemudian penulis sendiri mempertanyakan posisi asosiasi ini diantara organisasi lain seperti IPI dan ISIPII. Pertanyaan yang sebenarnya secara tersembunyi dimiliki oleh banyak pihak tentang hubungan ini di mana ketiga ikatan, asosiasi atau organisasi mengurusi hal yang nyaris sama yaitu mereka yang berurusan dengan perpustakaan dan informasi. Tulisan ini masih berhubungan dengan tulisan berjudul Mengapa Kita Berhimpun di mana keberagaman merupakan sebuah anugerah yang seharusnya disyukuri dengan cara menghimpunnya menjadi sebuah kekuatan. APISI yang oleh penulis disebut sebagai ’anak’ yang baru lahir di banding IPI merupakan sebuah asosiasi yang murni lahir dari keinginan sendiri dan tidak memiliki label pemerintah, seperti IPI yang disebut oleh Putu Laksman Pendit sebagai organisasi ’plat merah’. Untuk itu keberadaannya yang relatif baru ini perlu mendapat apresiasi.

Berbeda dengan dua tulisan awal, tulisan berikutnya boleh disebut tulisan yang bergaya ’normal’ dan tidak sulit diikuti karena lebih merupakan gagasan untuk menyempurnakan hasil pemikiran yang sudah ada. Tulisan bertajuk: ”Pokok Pemikiran Tentang Naskah Kuna” merupakan sebuah sumbangan pemikiran bagi pemerintah yang tertuang dalam Undang Undang no 47 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyangkut penanganan naskah kuno. Penulis meminta agar pemerintah melalui Peraturan Pemerintah menegaskan batasan usia dan nilai penting naskah kuno sehingga tidak semua naskah atau karya bisa masuk dalam kategori itu. Gaya yang sama juga muncul pada tulisan berjudul ”Pendekatan Dalam Pencarian Dan Pendokumentasian Inovasi Masyarakat.”
Ketertarikan penulis pada teknologi informasi dan komunikasi (TIK), perpustakan dan dokumentasi (penulis adalah mantan Kepala Pusat Dokumentasi Ilmiah Indonesia – PDII LIPI) membuat penulis banyak berbicara dan menulis tentang ketiga hal ini dan juga membuatnya sering diminta membantu atau membina lembaga pengelola dokumentasi untuk menerapkan konsep pendokumentasian berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dua tulisan berjudul “Penerapan Teknologi Informasi dan Dokumentasi di Bidang Dokumentasi Hukum”, dan tulisan berjudul “Pemberdayaan Perpustakaan Di Lingkungan Mahkamah Agung RI, Pengadilan Tingkat Banding, dan Pengadilan Tingkat Pertama” merupakan karya yang menunjukkan ketertarikannya. Melalui dua karya ini penulis menyarankan segera digunakannya TIK dalam pengelolaan dokumentasi hukum sekaligus memberikan peringatan akan bahayanya TIK jika tidak dipergunakan dengan tepat. Kemudian pada tulisan berikutnya disarankan beberapa pemikiran agar Perpustakaan di Lingkungan Mahkamah Agung dapat diberdayakan melalui dua pilar utama yaitu dengan penerapan TIK dan pustakawan yang berkualifikasi yang diperoleh melalui pendidikan tinggi. Pemikiran yang menarik saya sebagai pelaku pendidikan adalah pendirian program Magister (S2) dalam bidang Perpustakaan Hukum yang sangatlah dibutuhkan namun tidak pernah tersedia.

Pemikiran tentang pentingnya pustakawan berlanjut pada tiga tulisan berikutnya yaitu Strategi Pengembangan Pustakawan Utama dan Madya, Strategi Pengembangan JFP, dan Menuju Penyempurnaan Jabatan Fungsional Pustakawan, yang lebih spesifik ditujukan bagi pejabat fungsional pustakawan ’senior’ yaitu pustakawan madya (PM) dan pustakawan utama (PU). Tulisan-tulisan ini, seperti pada kelompok tulisan pertama, tidak bisa dibaca selintas karena terdapat pemikiran berdasarkan filsafat (salah satunya adalah hasil pemikiran Driyarka) mengenai peran pustakawan di masyarakat dan bagaimana seharusnya seorang pustakawan PNS mengembangkan diri untuk dapat hidup lebih sejahtera dengan tetap berpegang pada etika profesi. Pemikiran yang paling perlu dibaca dengan serius dan rinci adalah pemikiran tentang stategi yang harus digunakan agar pejabat fungsional dapat mengembangkan diri melalui banyak cara, terutama oleh pustakawan berusia muda yang masih memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk berkembang.

Fenomena literasi informasi yang sangat berkembang di awal 2006 dan berlanjut ketahun berikutnya juga mendapat perhatian dari penulis, terutama keeratkaitannya dengan penerapan teknologi informasi Internet. Dengan dasar kesukaannya yang lain, yaitu mencoba membuat ‘istilah paling Indonesia’, penulis mencoba menerjemahkan asal istilah literasi informasi yaitu information literate menjadi ‘keberinformasian’ (sementara para ahli menggunakan istilah ‘melek informasi’) yang berarti kesadaran akan kebutuhan, kemampuan mencari dan menemukan, dan menggunakan informasi. Tulisan berjudul “Keberinformasian: sebuah Pemahaman Awal” merupakan sebuah pemikiran ‘nyeleneh’ karena tidak membahas fenomena literasi informasi dari segi teknis seperti pada umumnya, akan tetapi dari sisi filsafat hidup (seperti biasanya, Driyarkara menjadi acuan pandangannya) yang menyadarkan semua pembacanya bahwa keberinformasian bukanlah fenomena teknis. Pemikiran rumit ini juga disampaikannya dalam tulisan berjudul “Konsep Keberinformasian di Sekolah” yang disampaikan untuk petugas perpustakaan sekolah Ursula, namun kemudian penulis mencoba down to earth dengan menjelaskan bagaiman peran perpustakaan, pustakawan dan kepala sekolah untuk membuat konsep keberinformasian dapat diterapkan di sekolah.

Walapun tidak ada ke‘langsungnyambung’annya, tulisan berjudul “Pengembangan Fasilitas dan Layanan untuk Menunjang Perpustakaan sebagai Sumber Belajar” dapat disebut sebuah lanjutan dari pemikiran tentang keberinformasian. Diuraikan oleh penulis bahwa perpustakaan memiliki peran yang sangat besar dalam memandaikan penggunanya dalam pencarian sampai penggunaan informasi. Melalui tulisan yang cukup rumit dan komplit dengan banyak model dan bagan ini, pembaca dapat melihat dengan jelas posisi pustakawan, koleksi dan fasilitas dalam sistem perpustakaan, yang dikaitkan dengan keberadaan UU No 43 tahun 2007. Tulisan yang ditujukan bagi Forum Perpustakan Sekolah Indonsia (FPSI) memerlukan konsentrasi tinggi untuk memahaminya karena banyak sekali memuat sumber tulisan dari berbagai ahli dan rujukan dari berbagai negara, ditambah lagi dengan bahasan Library 2.0 yang sarat kemajuan teknologi informasi dalam dunia perpustakaan. Namun dengan tulisan ini semua pengelola perpustakaan sekolah akan sangat paham tentang cara mengembangkan fasilitas perpustakaan sehingga dapat menjamin pemustakanya mendapatkan semua ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkannya.

Perpustakaan Menyikapi Keberadaan Internet merupakan tulisan yang diniatkan untuk menjawab pertanyaan banyak pustakawan tentang apakah mereka dapat menang bersaing melawan kehadiran Internet. Namun jawaban sebenarnya ada pada diri pustakawan sendiri yang harus mampu menempatkan posisi perpustakaan dalam gelombang informasi, sebagai peselancar mengikuti gelombang atau penonton gelombang di pinggir pantai. Melalui konsep yang cukup rumit (nampaknya sudah menjadi bawaan penulis sejak lahir untuk menjadi manusia rumit), Pak Dar menggunakan konsep pendokumentasian, orientasi dan kepercayaan (radical trust) pada pengguna sebagai inti konsep Library 2.0, dan peran penting pustakawan sebagai kunci yang memenangkan persaingan melawan Internet. Perlu waktu yang cukup dan khusus untuk memahami tulisan ini karena penuh rumus dan perhitungan. Nampaknya latar belakang penulis yang juga seorang fisikawan mempengaruhi caranya menempatkan perpustakaan, dokumentasi dan pustakawan pada sebuah koordinat. Penggunaan rumus kimia juga digunakannya untuk menggambarkan konsep Library 2.0 pada tulisan berjudul “Perpustakaan Dua Titik Nol : Pengantar Pada Konsep Library 2.0” yang untuk membuat uraian menjadi praktis disingkatnya menjadi P 2.0. Pemahaman pada tulisan ini akan lebih mudah dimiliki oleh pustakawan yang telah memiliki pengalaman atau sekurangnya pengetahuan tentang dunia komunikasi Internet seperti Google, Yahoo!, Facebook, Javascript dan sejenisnya. Dengan pengalaman ini maka gambaran P. 2.0 yang merupakan ‘pemustakaan’ Web 2.0 akan lebih mudah dibuat dan peran pustakawan juga akan lebih mudah dilibatkan di dalamnya.
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) adalah sebuah organisasi wadah interaksi pustakawan terbesar di Indonesia dan menjadi ‘induk’ (penulis suka menyebutnya sebagai ‘ayah’) dari berbagai ikatan dan asosiasi yang lahir berikutnya seperti FPPTI, APISI, ISIPII, FPSI dan lain-lain. Maka sudah sewajarnya jika organisasi ini dituntut untuk menjadi profesi yang dijalankan dengan ideal. Untuk itulah pada ulang tahun IPI yang ke 35 bulan Juli 2008, Pak Dar memberikan sebuah hadiah ulang tahun berupa tulisan yang berisi renungan dan nasihat bagi organisasi yang dinilainya sudah cukup dewasa untuk menetapkan pendiriannya seperti ketegasan mengenai status keanggotaan, terutama setelah lahirnya UU No 43 Tentang Perpustakaan tahun 2007. Kemudian hadiah kedua diberikan pada IPI di ulang tahunnya yang ke 36 tahun 2009. Namun hadiah kali ini lebih berupa ‘sentilan’ atau teguran ringan yang mengingatkan IPI untuk tidak ngotot pada konsep sentralisasi dan mulai menentukan arah organisasi serta mulai bersikap bijak (wisdom) sebagai organisasi yang tidak muda lagi.
Setelah UU No 43 Tentang Perpustakaan Tahun 2007 dikenali dan diterima secara luas oleh pengelola perpustakaan dan sebagian masyarakat umum, maka sudah saatnya dimulai langkah penerapan seluruh komponen undang-undang dalam pengelolaan perpustakaan. Penerapan ini dilakukan melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) yang hanya dapat disusun setelah ada kesepakatan mengenai standar yang baku secara nasional untuk menjalankan perpustakaan. Dalam rangka inilah penulis diminta untuk memberikan masukan untuk penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Standar Nasional Perpustakaan. Namun usulan yang dibuatnya tidak langsung diberikan mentah-mentah, namun melalui penjelasan sejarah penyusunan beberapa standar nasional dan pengertian mendasar mengenai standard dan standardisasi serta usulan pendirian Pusat Standarisasi Nasional Perpustakaan (PSNP). Dengan penjelasan awal diharapkan usulan yang disampaikan lebih mudah dipahami. Tapi seperti masukan pada kondisi sebelumnya, lebih mudah membaca daripada menerapkannya.

Pada UU No 43 Tentang Perpustakaan tahun 2007 (yang paling banyak dirujuk oleh penulis tetapi belum sempat dibuat singkatannya) yang dijadikan dasar pembuatan standar nasional perpustakaan disebutkan mengenai pustakawan sebagai jabatan fungsional. Akan tetapi sebutan tersebut nampaknya tidak menyentuh mereka yang berada di perpustakaan swasta karena jabatan fungsional hanyalah untuk PNS. Inilah yang dipersoalkan oleh penulis pada karya berjudul “Pemikiran Tentang Pustakawan Bukan Pegawai Negeri Sipil”. Penulis mengkritisi pada pejabat fungsional yang masih sibuk mengurus jati diri sendiri dan lupa melibatkan pustakawan dari swasta karena mereka juga perlu memperhatikan kesejahteraan sebagai pustakawan layaknya pustakawan PNS. Untuk melengkapi pemikiran ini maka pembaca kumpulan tulisan ini perlu juga mencermati sebuah pemikiran ‘mundur’ dalam “Refleksi dan Transformasi Kepustakawanan” yang mengurai secara filsafati (lagi!) pemahaman tentang kepustakawanan. Tulisan yang disampaikan pada Rapat Koordinasi Pengembangan Pustakawan dan Tim Penilai ini disebutkan sebagai ungkapan kerisauan penulis akan dunia kepustakawanan yang sudah terlalu berorientasi pada hal praktis terutama setelah digunakannya teknologi informasi. Dengan konsep filsafat dari Driyarkara yang dimodifikasi, diusulkanlah pengertian pustakawan yang sebaiknya dianut yaitu bahwa ”Kepustakawanan adalah perkembangan dari pustakawan. Perkembangan yang sedemikian rupa sehingga pustakawan betul-betul menjalankan kedaulatan dan kewenangannya atas dirinya sendiri...”

Seperti diungkap dalam UU No 43 Tentang Perpustakaan tahun 2007 bahwa Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan, yang berarti bahwa pendidikan merupakan kunci utama kepustakawanan seperti yang diungkap oleh pak Dar dalam tulisan berjudul “Pendidikan Profesional Pustakawan dan Kebutuhan Masa Depan Perpustakaan Di Indonesia.” Melalui tulisan ini terungkap keinginan penulis untuk menegaskan kembali bahwa pustakawan (atau pekerja informasi) adalah profesional informasi dengan segala kompetensi profesional dan perorangan yang dimilikinya melalui pendidikan. Penulis juga mengingatkan bahwa tantangan pustakawan Indonesia di masa depan masih cukup banyak terutama masih rendahnya kesadaran masyarakat akan peran pustakawan dalam kehidupan masyarakat. Pada ujungnya dia menantang dan mengajak para penyelenggara pendidikan perpustakaan untuk dapat menyiapkan pustakawan yangs sesuai dengan tuntutan kemajuan.

Lebih dari setengah kumpulan tulisan tentang Pustakawan, Cinta dan Teknologi ini mengutip, menggunakan, mengomentari dan merujuk UU No 43 Tentang Perpustakaan tahun 2007. Ini berarti bahwa UU ini sangatlah berarti bagi perkembangan dunia pustaka, kepustakaan, perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia (konsep ini murni pemikiran pak Dar yang tidak diketahui apakah pernah ditulis) dan perlu dipahami secara mendalam. Salah satu cara terbaik untuk memahaminya adalah dengan mengetahui sejarah perumusannya. Ini juga yang menjadi inti tulisan berjudul ”Sekitar Rancangan Undang-undang Perpustakaan.” Melalui tulisan (yang paling panjang) ini pembaca diajak untuk memahami bagaimana rancangan ini disusun, bagaimana naskah akademik dijadikan rujukan penyusunan secara tidak lengkap oleh Komisi X DPR serta ajakan untuk mencermati UU ini. Walaupun agak terlambat – karena UU sudah terbit – tulisan ini tetap dapat dijadikan salah satu sumber pemahaman UU yang komprehensif karena pada tulisan ini terdapat ringkasan naskah akademik yang menjelaskan makna sesungguhnya dari UU Perpustakaan (kalau boleh disingkat seperti itu).

Tulisan-tulisan yang diurutkan terakhir tidak dapat dikelompokkan secara khusus dan juga tidak bisa dipaksakan untuk ’nyangkut’ atau terkait dengan tulisan sebelumnya. Namun kalau disimpan dalam satu ’wadah’ ternyata nampak cocok juga karena bicara hal yang mirip tentang budaya baca dan buku, yaitu tulisan tentang minat baca yang berjudul ”Bangkit Bersama dengan Budaya Baca”, pengantar bedah buku ”Hadiah Valentine Day” dan ”Catatan atas Buku Pengelolaan Perpustakaan.” Walaupun demikian ulasan tentang ketiga tulisan itu tidak bisa dipaksakan ditulis dalam satu rangkaian melainkan harus diurai satu-satu walupun pendek-pendek.

”Bangkit Bersama dengan Budaya Baca” merupakan sebuah tulisan penyejuk atas keprihatinan para pengelola perpustakan gereja yang jarang sekali digunakan oleh para umat dan kekhawatiran akan ancaman media audio visual yang membelokan kebiasaan membaca menjadi kebiasaan menonton dan mendengar. Penyejukan ini dilakukan oleh penulis dengan menggunakan pengertian membaca yang sebenarnya, dan – dengan konsep filsafat – membentuk pengertian peran perpustakaan yang sesungguhnya yaitu sebagai pusat interaksi pengetahuan yang jika terus dikembangkan akan menumbuhkan budaya baca. Walaupun terdengar sederhana, diperlukan perhatian lebih untuk dapat memaham usulan ini. Maklum, memahami konsep berbasis filsafat memang perlu waktu dan tenaga ekstra.

”Hadiah Valentine Day” adalah sebuah catatan yang diberikan untuk buku karya Putu Laxman Pendit, PhD berjudul Perpustakaan Digital : dari A sampai Z yang disampaikan pada acara soft launch buku tersebut. Karena waktu yang membaca yang tersedia sangat pendek, ulasan pada buku ini memang menjadi kurang mendalam, terlebih karena Pak Dar sudah mulai ’rabun teknologi’ (kebalikan dari ’melek teknologi’). Namun sebagai orang tua penuh pengalaman, masih ada yang dapat dicerna untuk ditanggapi yaitu konsep ”pemahaman bersama’ sebagai inti dari konsep penerapan perpustakaan digital. Penulis juga sempat mengajak semua pembaca buku untuk ikut memelihara ’benih tanaman’ berupa konsep perpustakan digital yang dibuat oleh Putu.

Agak berbeda dengan hadiah Valentine, catatan atas buku Pengelolaan Perpustakaan karya suntingan F. Rahayuningsih, Kepala Bagian Pelayanan Pengguna Perpustakaan Universitas Sanata Darma (USD) lebih lengkap karena waktu ‘bedah’nya lebih lama. Hal ini terbaca dari perbandingan yang dilakukan pak Dar atas buku ini dengan beberapa catatan tentang pengelolaan perpustakaan, mulaidari UU Perpustakaan sampai pada standar yang dibuat Unesco. Pada ulasan ini juga terbetik ungkapan betapa peran perpustakaan masih jauh dari ideal karena kesadaran masayarakat yang rendah tentang peran perpustakaan. Apresiasi dan kritik penulis kepada buku Pengelolaan Perpustakan menunjukkan bahwa buku ini merupakan buku yang cukup baik untuk dijadikan pedoman tehnis oleh para pustakawan di Indonesia.

Tulisan yang saya sendiri tidak pernah bisa memutuskan, sampai pengantar ini selesai ditulis, apakah harus disajikan pada awal kumpulan, atau justru pada akhir, adalah selembar (betul-betul hanya satu halaman) tulisan berjudul ”Cinta”. Judul tulisan yang mengilhami judul kumpulan ini. Cinta yang muncul pada pasangan merupakan sebuah rasa yang harus berimbang, tidak boleh bertepuk sebelah tangan dan memerlukan bukti...terutama cinta seorang pustakawan pada perpustakan!

Akhirnya pengantar ini memang hanya berperan sebagai pengantar, tidak lebih. Pengantar yang saya tulis ini bukanlah sebuah rekomendasi tentang tulisan mana yang akan dibaca lebih dahulu atau belakangan. Susunan yang dibuat juga tidak menggunakan teori atau konsep klasifikasi atau manajemen. Pengantar ini boleh digunakan sebagai manual (layaknya petunjuk pemakaian sebuah mesin cuci baru yang super canggih) yang perlu dibaca lebih dahulu sebelum membaca tulisan lengkapnya. Ada dua keputusan yang dapat dibuat setelah membaca manual ini: (1) tulisan yang akan dibaca lebih dahulu (2) tidak meneruskan membaca tulisan yang tidak sesuai selera. Yang paling utama adalah bahwa tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan visi untuk pustakawan dalam mengembangkan perpustakaan. Antropolog dan guru Johnetta Betsch Cole (1936) mengatakan:

While it is true that without a vision the people perish, it is doubly true that without action the people and their vision perish as well.(Conversations: Straight Talk with America's Sister President). Benar bahwa tanpa visi, manusia akan mati, tapi lebih benar lagi adalah bahwa tanpa tindakan, orang dan visinya akan mati.

Bandung, September 2009


Agus Rusmana